Penggunaan teknologi deepfake dapat memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya. Kehebohan terjadi di dunia maya Indonesia setelah muncul sebuah video singkat yang memperlihatkan wajah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam video tersebut, kalimat kontroversial terucap dari bibirnya, sehingga menimbulkan kemarahan publik dan kritik dari berbagai pihak, termasuk para pendidik.
Namun, setelah penyelidikan lebih lanjut dilakukan, ternyata wajah dan suara dalam video tersebut bukanlah asli dari Sri Mulyani. Hal itu hanyalah hasil manipulasi menggunakan teknologi deepfake, yaitu rekayasa kecerdasan buatan (AI) yang mampu menciptakan model digital yang sangat mirip dengan sosok aslinya. Menteri Keuangan pun segera mengklarifikasi kebenaran melalui akun media sosialnya untuk menghentikan penyebaran informasi yang tidak benar.
Kejadian ini tidak hanya sekedar hoaks biasa, melainkan membuka mata kita terhadap ancaman siber yang semakin canggih dan meresahkan. Deepfake menjadi contoh nyata bagaimana sekarang kita harus lebih waspada dan tidak sepenuhnya percaya pada informasi yang kita dapatkan, baik dari gambar maupun suara.
Teknologi deepfake merupakan sebuah ‘topeng digital’ yang sangat canggih, mampu menampilkan seseorang dalam video tanpa harus benar-benar berperan. Dengan menganalisis ribuan gambar dan rekaman suara, teknologi ini menciptakan model digital yang sulit dibedakan dari aslinya. Hal ini menjadi sebuah peringatan bahwa era informasi sekarang mengharuskan kita untuk lebih kritis dan waspada terhadap kemungkinan manipulasi informasi.
