Akamai Technologies, perusahaan keamanan siber dan komputasi cloud, mengungkapkan bahwa para pelaku kejahatan kini menggunakan taktik pemerasan empat lapis dalam aksi ransomware. Lebih dari separuh kasus kebocoran data di Asia Pasifik pada 2024 terjadi akibat ransomware, mendorong perusahaan di wilayah tersebut untuk memperkuat pertahanan siber guna menjaga ketahanan bisnis. Menurut laporan terbaru State of the Internet (SOTI) Akamai, tren pemerasan empat lapis mencakup serangan DDoS dan tekanan kepada korban dengan memanfaatkan pihak ketiga. Metode ini membuat serangan ransomware menjadi krisis bisnis yang serius, memaksa perusahaan untuk meninjau kembali kesiapan dan respons mereka. Kelompok besar seperti LockBit, BlackCat/ALPHV, dan CL0P tetap menjadi aktor utama, sementara kelompok pendatang baru mulai muncul. Mereka menyerang sektor vital di APAC dengan tingkat akurasi yang mengkhawatirkan, seperti peretasan data sensitif dan tebusan besar. Kelompok aktivis ransomware juga semakin menarik perhatian dengan menargetkan usaha kecil dan menengah, lembaga kesehatan, dan pendidikan di APAC. Sindikat baru ini berhasil meretas beberapa klinik dan praktik medis di Australia.