Dugaan kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang dosen di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, NTB, mencuat setelah seorang korban melaporkan kejadian tersebut ke Polda NTB. Lebih dari 10 mahasiswa sesama jenis menjadi korban dari dosen tersebut, dengan pelaku menggunakan beragam modus dalam mendekati mereka. Pendekatan dilakukan melalui keikutsertaan dalam kegiatan komunitas dan diskusi ilmiah, tanpa menimbulkan kecurigaan. Bahkan, pelaku juga mendekati pimpinan komunitas untuk mendapatkan korbannya.
Modus yang digunakan oleh pelaku antara lain melibatkan aspek spiritualitas, dengan menciptakan dalih-dalih seputar zikir zakar atau zikir alat kelamin, serta mandi suci sebagai bentuk pengobatan. Korban-korban yang mengungkapkan kejadian tersebut awalnya merasa malu, namun setelah satu korban memberanikan diri untuk berbicara, korban lain juga mengaku mengalami hal serupa. Bahkan, ada yang mengalami perubahan orientasi seksual akibat pelecehan yang dialami.
Pelaku dianggap berpengaruh di masyarakat karena kemampuannya berbaur dengan baik. Polisi telah melakukan pemeriksaan dan olah tempat kejadian berdasarkan keterangan para korban, namun pelaku belum ditangkap. LSM yang mendampingi korban meminta pihak kepolisian untuk segera bertindak agar tidak ada korban baru. Jika kasus ini tidak selesai dalam waktu dekat, mereka akan melakukan aksi sebagai tindakan protes.
