Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Arfin Sudirman berpendapat bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dan Yordania dapat semakin erat karena adanya pengiriman bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza yang akan dilakukan melalui metode airdrop oleh pesawat Angkatan Udara Yordania.
Menurut Arfin, langkah Indonesia ini juga merupakan upaya untuk memanfaatkan hubungan diplomatik antara Yordania dan Israel guna mendapatkan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Meskipun terdapat kendala terkait moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Yordania, hubungan antara kedua negara ini dinilai cukup baik.
Pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza merupakan salah satu bentuk kebijakan luar negeri Indonesia yang selalu mendukung Palestina. Langkah ini juga merupakan tindak lanjut dari Resolusi DK PBB Nomor 2728 mengenai jaminan akses kemanusiaan ke Gaza.
Arfin juga menekankan bahwa pengiriman bantuan melalui hubungan diplomatik bukanlah hal baru bagi Indonesia. Sebelumnya, Indonesia juga pernah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Mesir dan negara-negara lain.
Pesawat TNI Angkatan Udara C-130 J Super Hercules telah memulai misi pengiriman bantuan dari Indonesia untuk Palestina di Gaza melalui Yordania. Bantuan tersebut akan diturunkan dengan menggunakan perangkat penurunan barang seperti payung udara orang (PUO) dan payung udara barang (PUB).
Pengiriman bantuan ini akan melibatkan 900 perangkat payung udara orang, dan 50 set peralatan low-cost low-altitude (LCLA) untuk menyalurkan bantuan melalui metode airdrop. Bantuan tersebut telah disiapkan di Yordania oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Pesawat C-130 J Super Hercules akan menempuh perjalanan selama tiga hari dari Jakarta ke Yordania, dengan rute transit melalui Aceh, Myanmar, India, dan Uni Emirat Arab (UAE). Setelah menyelesaikan misi pengiriman bantuan, pesawat akan kembali dengan rute transit yang sama. Total perjalanan pulang-pergi diperkirakan akan memakan waktu sekitar 10 hari.