Banjir yang terjadi di Bali pada Rabu (10/9) telah meninggalkan dampak serius berupa penumpukan sampah yang cukup besar. Pihak Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, dipimpin oleh I Made Rentin, sedang berfokus pada penanganan sampah yang terbawa oleh arus banjir, terutama di kawasan mangrove di Denpasar.
Banjir tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik dan korban jiwa, tetapi juga meninggalkan tumpukan sampah yang signifikan, terutama sampah plastik. Rentin menyatakan bahwa pihaknya bersama komunitas dan kelompok nelayan turun langsung ke lokasi untuk membersihkan tumpukan sampah tersebut.
Data dari DKLH menunjukkan bahwa total sampah akibat banjir pada tanggal 10 hingga 11 September 2025 mencapai 154,65 ton. Sampah tersebut meliputi berbagai jenis, mulai dari kayu, sampah organik, sampah anorganik seperti beton dan plastik, hingga limbah B3. Sebanyak 300 personel gabungan dari TNI-Polri, pemerintah daerah, komunitas, dan kelompok nelayan dilibatkan dalam aksi pembersihan sampah ini.
Rentin menargetkan bahwa dalam beberapa hari ke depan, seluruh kawasan mangrove di Denpasar dapat bersih dari sampah plastik. Dia juga menegaskan bahwa upaya ini membutuhkan kesadaran kolektif dari berbagai pihak, termasuk dunia usaha, untuk melindungi ekosistem mangrove dari kerusakan akibat sampah plastik.
Bali masih terus pulih pasca banjir yang melanda beberapa wilayah di provinsi tersebut. Total korban tewas akibat banjir mencapai 17 orang, sedangkan 146 orang menjadi pengungsi di berbagai posko yang tersebar di Kota Denpasar. Semoga dengan upaya bersih-bersih dan kesadaran kolektif, Bali dapat pulih dan terbebas dari dampak serius banjir dan tumpukan sampah yang diakibatkannya.