Pendampingan Penuh Empati untuk Mencegah Risiko Masalah Kesehatan Jiwa pada Jemaah Haji
Ibadah haji merupakan momen spiritual yang penting bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, perjalanan ini juga memiliki potensi risiko bagi kesehatan jiwa jemaah karena perubahan lingkungan, tekanan fisik dan mental, serta perpisahan sementara dari keluarga. Data menunjukkan bahwa sebagian besar jemaah haji berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan jiwa, terutama jemaah lansia.
Stres, gangguan penyesuaian, dan kondisi demensia ringan dapat bermanifestasi selama perjalanan haji, menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, atau gejala psikosomatis. Penting bagi jemaah untuk mendapatkan dukungan penuh dari para pendamping, baik itu ketua regu, ketua rombongan, atau teman sekamar, agar mereka bisa merasa nyaman dan aman.
Dalam situasi yang asing dan penuh tekanan seperti perjalanan haji, permasalahan kesehatan jiwa dapat memburuk. Jemaah bisa mengalami disorientasi, kebingungan, atau bahkan agitasi, sehingga kehadiran pendamping yang sigap dan empati sangat diperlukan. Pendamping harus memiliki kesabaran, berkomunikasi dengan empati, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh jemaah.
Selain itu, menciptakan rutinitas harian yang konsisten, memperhatikan kebutuhan fisik, dan menjaga kesehatan diri sendiri juga merupakan kunci dalam pendampingan jemaah haji. Jika diperlukan, pendamping juga harus siap untuk mencari bantuan profesional dan tidak ragu untuk berkomunikasi dengan petugas kesehatan haji.
Pesan ini disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI, dalam upaya mencegah risiko masalah kesehatan jiwa pada jemaah haji. Bagi informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. Semoga dengan adanya pendampingan penuh empati, jemaah haji dapat menjalani ibadah dengan nyaman dan aman.
