Pada tanggal 24 Mei 2025, data kumulatif Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sebanyak 53 jemaah haji telah meninggal di Tanah Suci menjelang hari ke-22 pelaksanaan ibadah haji. Dari total tersebut, 19 jemaah meninggal karena serangan jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic. Hal ini menimbulkan keprihatinan karena kondisi fisik jemaah haji rentan terhadap perubahan cuaca dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci. Tim Visitasi Kesehatan mengungkapkan bahwa sebagian besar jemaah yang meninggal memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan kurang mengontrol aktivitas fisik mereka.
Kementerian Kesehatan menekankan kepada para jemaah, terutama Lansia dan yang memiliki penyakit penyerta, untuk lebih bijak dalam menjalankan ibadah sunah guna menghindari risiko kesehatan. Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan Liliek Marhaendro Susilo menekankan pentingnya persiapan dan manajemen diri yang baik menjelang puncak ibadah haji. Ia menyarankan jemaah untuk mengurangi ibadah sunah yang memerlukan tenaga ekstra, seperti frekuensi umroh dan tawaf sunah berulang kali. Para jemaah juga diminta untuk memastikan waktu istirahat yang cukup dan memperhatikan kesehatan mereka dengan baik.
Selain itu, para jemaah juga diminta untuk menjaga kondisi fisik dan kesehatan dengan menggunakan perlengkapan pelindung seperti masker, payung, dan kacamata hitam. Minum air putih atau air zam-zam secara cukup, menghindari beribadah di siang hari yang terik, dan mengonsumsi obat secara teratur jika ada yang sedang sakit. Tujuan utama dari ibadah haji adalah meraih haji mabrur, yang harus dicapai dengan kondisi fisik yang prima. Diharapkan imbauan ini dapat membantu menekan angka kematian jemaah di tahun ini.