Deepseek telah berhasil menunjukkan keunggulan pendekatan open source dalam pengembangan AI dengan meraih peringkat #1 di App Store dan Google Play, mengalahkan ChatGPT. Keberhasilan ini mencerminkan bukan hanya persaingan antara China dan Amerika, tetapi juga keefektifan sumber daya open source seperti PyTorch dan Llama yang digunakan oleh Deepseek dalam menciptakan aplikasi canggih dan memberikan pengguna akses ke server AI sendiri, hal yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan dengan ChatGPT.
Meskipun pencapaian awal yang mengesankan, masih terlalu dini untuk memastikan apakah Deepseek akan menjadi penguasa di masa mendatang dan mengungguli pesaing AI lainnya. Namun, hal yang pasti adalah bahwa pendekatan pengembangan yang efisien dari Deepseek telah mengguncang pasar dan membuktikan bahwa model pengembangan AI yang hemat daya listrik dan biaya seperti yang dilakukan oleh perusahaan Amerika tidaklah efisien.
Dari sudut pandang keamanan data, meskipun server Deepseek berada di China, kekhawatiran tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan aplikasi lain seperti Google Maps atau Instagram yang servernya juga berada di luar Indonesia. Pengguna di Indonesia tidak perlu terburu-buru beralih dari ChatGPT ke Deepseek, namun kehadiran Deepseek memberikan lebih banyak pilihan dan keuntungan bagi konsumen.
Perlu diingat bahwa penggunaan AI, termasuk Deepseek dan ChatGPT, seharusnya dijalankan dengan bijak sebagai alat bantu untuk meningkatkan produktivitas. Penting bagi pengguna untuk menginformasikan diri dengan baik sebelum menggunakan informasi yang dihasilkan oleh AI karena tidak ada jaminan 100% akurasi. Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini untuk mengejar ketertinggalan dalam pengembangan dan implementasi AI tanpa terhalang oleh kekhawatiran yang berlebihan terhadap keamanan data.