Para pemilik usaha sablon di Kota Bandung merasakan dampak yang belum terlalu signifikan dari masa kampanye yang dimulai sejak akhir November 2023. Mereka mengeluhkan bahwa kampanye kali ini lebih sepi orderan dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan model kampanye yang kini lebih mengandalkan teknologi digital, terutama media sosial.
Vivi, salah satu pemilik usaha sablon, mengatakan bahwa sepanjang masa kampanye ini, dia hanya menerima satu pesanan saja, sangat berbeda dengan masa kampanye Pemilu 2019 dimana orderan sampai menumpuk. Hal ini dikarenakan banyak partai yang kini beralih mengandalkan media sosial sebagai wadah berkampanye, sehingga mengurangi pesanan alat peraga kampanye berupa kaos.
Dedi, pemilik usaha sablon lainnya, juga mengaku belum mendapatkan satu pun pesanan sepanjang masa kampanye pemilu tahun ini. Dia mengatakan bahwa tahun ini menjadi tahun politik yang paling sepi daripada sebelumnya. Biasanya, saat masa kampanye tiba, kawasan Surapati menjadi daerah yang paling ramai dihiasi alat peraga kampanye, tapi kini cenderung sepi. Penyebabnya kemungkinan karena kampanye politik sekarang lebih banyak dilakukan secara digital dan kurangnya kampanye offline.
Wawan, seorang pemilik usaha sablon lainnya, merasa bahwa tidak terlalu ada perubahan yang signifikan dari masa kampanye tahun ini dengan lima tahun lalu. Namun, dia melihat adanya perbedaan dalam pesanan yang lebih banya yang bersifat dadakan. Hal ini menurutnya terjadi karena pesanan kampanye biasanya datang dua bulan sebelum masa kampanye, tetapi sekarang banyak konsumen yang meminta tenggat waktu yang lebih singkat.
Meski begitu, Wawan masih banyak mendapatkan pesanan dari partai-partai besar, terutama dalam bentuk pesanan kaos kampanye. Namun, omzetnya menurun hampir 80% jika dibandingkan dengan masa kampanye sebelumnya. Dia berharap pesanan akan terus berdatangan, terlebih menjelang detik-detik terakhir masa kampanye.