Sunday, September 21, 2025

Penulis Terkenal Palestina Meninggal dalam Serangan Udara Israel di Gaza Selatan

Share

- Advertisement -

Militer Israel telah memperingatkan lebih dari satu juta warga Palestina di wilayah utara Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan menuju ke selatan demi keselamatan mereka sendiri. Ratusan ribu orang telah melakukan evakuasi, termasuk novelis dan penyair Palestina Heba Abu Nada, yang mencari perlindungan di rumah kerabatnya di Khan Younis.

Namun, Gaza selatan tidak lebih aman daripada bagian utara. Seminggu setelah mengungsi, Abu Nada yang berusia 32 tahun meninggal dunia dalam serangan Israel.

“Bagi Tuhan, kami di Gaza adalah para martir atau saksi pembebasan, dan kami semua menunggu untuk melihat di mana kami akan berada. Kami semua menunggu, ya Tuhan,” ujar Abu Nada pada tanggal 20 Oktober, pada hari ketika dia gugur.

Abu Nada juga menulis tiga kumpulan puisi. Pada tahun 2017, ia memenangkan tempat kedua dalam Penghargaan Sharjah untuk Kreativitas dalam kategori novel untuk debutnya Oksigen Bukan untuk Orang Mati. Dia juga memenangkan tempat pertama untuk kategori cerita pendek dalam kompetisi yang diambil dari nama penulis Palestina, Nahid al-Rayyes.

Selain perjalanan sastranya, Abu Nada memiliki latar belakang di bidang biokimia dan pendidikan. Dia sedang mengerjakan tesis untuk gelar masternya di bidang nutrisi klinis.

Abu Nada adalah pemimpin Klub Sains di Rasel Center for Gifted Children. Dia sering berbagi tentang keterlibatan pekerjaannya dengan anak-anak dan kedekatannya dengan mereka.

Banyak orang memberikan penghormatan kepada Abu Nada di media sosial. Ia bahkan dijuluki sebagai “putri Gaza”, “pejuang harapan”, dan “penulis istimewa”.

Yasser Shahin, salah satu profesornya, berduka atas kehilangan seorang siswa dan penulis yang hebat, yang pernah bekerja sama dengannya dalam film baru berjudul Ayla. Salah satu teman Abu Nada, Aya, membagikan tangkapan layar percakapan mereka sebelumnya.

Dalam pesan tersebut, Abu Nada mengungkapkan kebahagiaannya karena temannya akan menikah dan meninggalkan Gaza.

Sehari sebelum kematiannya, Abu Nada merasakan dukanya atas teman-temannya yang terbunuh satu per satu dalam serangan Israel. “Daftar teman-temanku semakin berkurang, dan berubah menjadi peti mati kecil, tersebar di sana-sini. Aku tidak bisa menangkap teman-temanku yang terbang mengejar misil. Ini bukan sekedar nama, inilah kami, dengan wajah dan nama yang berbeda,” ujar Abu Nada.

Baca Lainnya

Berita Terbaru