Jakarta, 6 Maret 2024
Kusta, frambusia, kaki gajah, demam keong (schistosomiasis), dan cacingan adalah Penyakit Tropis Terabaikan yang menjadi fokus peringatan NTDs Day 2024 di Jakarta pada Rabu (6/3). Dalam acara tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada 99 bupati/wali kota atas pencapaian bebas frambusia dan 3 bupati atas pencapaian eliminasi filariasis atau kaki gajah.
Penyakit Tropis Terabaikan merupakan penyakit menular yang biasanya dialami oleh orang-orang dengan taraf hidup rendah dan minim perhatian. Menurut WHO, secara global terdapat 21 Penyakit Tropis Terabaikan yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit.
“NTD menyebabkan tingginya angka kesakitan, kecacatan, dan stigma, terutama pada populasi yang paling miskin dan terpinggirkan, termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia,” ujar Deputy WHO Representative to Indonesia Momoe Takeuchi dalam sambutannya pada Neglected Tropical Disease (NTDs) Day 2024.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Maria Endang Sumiwi, yang mewakili Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat 8 dari 21 Penyakit Tropis Terabaikan, termasuk kusta, frambusia, kecacingan, filariasis atau kaki gajah, dan schistosomiasis atau demam keong.
Dirjen Maria menambahkan bahwa pada tahun 2023, terdapat 14.376 kasus baru kusta dilaporkan, dengan 11 provinsi dan 124 kabupaten/kota memiliki prevalensi di atas 1 orang per 10.000 penduduk. Sementara itu, ditemukan 69 kasus baru frambusia pada tahun 2024, tersebar di beberapa daerah di Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Barat Daya, dan Papua Tengah.
Meskipun demikian, pemerintah terus melakukan upaya eradikasi atau pemberantasan dan eliminasi frambusia dengan melibatkan berbagai pihak. Hingga tahun 2023, terdapat 158 kabupaten/kota yang sudah bebas frambusia, terdiri atas 10 daerah endemis dan 148 daerah non-endemis. Pada 2024, 99 kabupaten/kota berhasil melewati asesmen eradikasi frambusia dan berhak menerima Sertifikat Bebas Frambusia.
“Hingga saat ini, 6 provinsi sudah 100% kabupaten/kota-nya bebas frambusia, yaitu provinsi Lampung, Banten, Jateng, Bali, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur,” ujar Dirjen Endang.
Sementara itu, eliminasi filariasis sudah dilakukan secara bertahap di 236 kabupaten/kota endemis. Sampai 2023, 37 kabupaten/kota telah dinyatakan eliminasi filariasis dan menerima sertifikat dari Menteri Kesehatan. Pada peringatan NTDs Day 2024, 3 kabupaten menerima sertifikat eliminasi, yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Mukomuko, dan Kabupaten Keerom.
Adapun, schistosomiasis atau penyakit demam keong hanya ditemukan di 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Poso dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Meskipun demikian, pemerintah tetap memberikan perhatian karena schistosomiasis belum sepenuhnya tereliminasi dari Indonesia.
Terkait dengan cacingan, pemerintah memberikan perhatian besar dan mengajak seluruh kabupaten/kota untuk bersama-sama menurunkan angka prevalensi cacingan menjadi kurang dari 10 persen.
“Demikian juga dengan cacingan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota, menjadi tugas kita bersama untuk menurunkan angka prevalensi cacingan menjadi kurang dari 10%,” imbau Dirjen Endang.
Untuk dapat mengeliminasi berbagai Penyakit Tropis Terabaikan, Menkes Budi Gunadi Sadikin menekankan kepada seluruh kepala daerah yang hadir agar dapat menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Menurut Menkes Budi, berbagai penyakit tropis terabaikan dapat dieliminasi jika masyarakat dapat menjaga lingkungan sehingga hewan dan binatang di sekitar tidak membawa virus, bakteri, atau patogen penyakit.
“Memang, cara yang paling bagus dan paling benar, walaupun susah, adalah jaga lingkungannya. Kalau lingkungannya tidak banyak nyamuk, segala penyakit yang dibawa nyamuk pasti akan menurun,” ujar Menkes Budi.
Menkes Budi juga menyampaikan bahwa upaya eradikasi dan eliminasi Penyakit Tropis Terabaikan merupakan program kesehatan berkelanjutan yang tidak dapat selesai dalam satu atau dua tahun. Upaya mengeliminasi penyakit-penyakit tersebut membutuhkan komitmen bersama untuk menjaga kesehatan lingkungan.
“Jadi, itu saja Bapak, Ibu, jangka panjang, kalau mau berkelanjutan yang mesti diperbaiki adalah lingkungan. Lingkungan bersih seperti apa? Rajin cuci tangan sebelum makan, buang air besar dengan benar, menggunakan sandal saat berjalan di luar ruangan, terutama untuk anak-anak. Selain itu, genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk harus dibersihkan. Jika itu sudah diatasi, maka angka penyakit tropis terabaikan akan menurun,” kata Menkes Budi.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS ke 081281562620, atau alamat email [email protected]. (RR)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid