Sunday, October 27, 2024

Polisi Ringkus 11 Pelaku Bayaran Penyerangan Warga di Deliserdang yang Tewaskan 2 Orang

Share

Sabtu, 26 Oktober 2024 – 00:00 WIB

Medan, VIVA – Tim gabungan kepolisian berhasil menangkap 11 pelaku bayaran dalam serangan terhadap warga di Jalan Selambo, Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang. Dua warga tewas akibat peristiwa tersebut.

Baca Juga :

Biadab! Pelatih Futsal di Bekasi Setubuhi Remaja ABG, Modus Culasnya Bikin Geram

Peristiwa berdarah ini terjadi pada Selasa dini hari, 22 Oktober 2024, sekitar pukul 02.30 WIB. Korban-korban tersebut adalah Bungaran Samosir (51) dan Adam Djhorgi (27). Sementara itu, 6 warga lainnya mengalami luka-luka.

Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto mengungkapkan bahwa tiga pelaku lainnya masih dalam pengejaran atau masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Saat ini, para pelaku sedang diburu oleh tim gabungan kepolisian dari Polda Sumut dan Polrestabes Medan.

Baca Juga :

Tiga Pembunuh Berencana yang Sempat Dikira Begal Terungkap, Satu Orang Gantung Diri

“Peristiwa ini merupakan tindak pidana bersama-sama, melakukan kekerasan terhadap orang sehingga menyebabkan kematian,” ucap Whisnu dalam jumpa pers di Markas Polrestabes Medan, Jumat, 25 Oktober 2024.

Ilustrasi garis polisi

Baca Juga :

Hizbullah Konfirmasi Kematian Hashem Safieddine Sang Penerus Hassan Nasrallah

Didampingi Kapolrestabes Medan Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, Whisnu menjelaskan bahwa hasil otopsi menunjukkan bahwa kedua korban tewas akibat senjata tajam dan tembakan.

“Bungaran Samosir meninggal karena luka bacok, sedangkan Adam tewas akibat luka tembak di dada,” jelas Whisnu.

Geng Motor Neleng Jadi Pelaku Utama

Kapolda mengungkap bahwa geng motor Neleng adalah pelaku utama. Penyelidikan yang dilakukan oleh Polrestabes Medan menunjukkan bahwa anggota geng motor Neleng terlibat dalam peristiwa tersebut. Sebanyak 11 orang telah ditangkap, sementara tiga orang lainnya masih dalam pengejaran.

“Para pelaku ini melakukan penyerangan bersama-sama. Ketua geng motor Neleng adalah MTA, seorang warga binaan yang masih dalam masa pembebasan bersyarat,” ungkap Kapolda.

Dari hasil tes urine, Kapolda menegaskan bahwa sebagian besar pelaku positif menggunakan narkoba jenis inex. Hal ini menguatkan dugaan bahwa pengaruh narkoba menjadi salah satu pemicu terjadinya aksi kekerasan tersebut.

“Setelah hasil urine diperiksa, rata-rata mereka ini (tersangka) menggunakan narkotika jenis inex. Jadi tidak salah, saya selalu memerintahkan kepada jajaran untuk memberantas narkoba. Bahkan saya sampaikan kepada para pimpinan Polres harus tegas, keras, dan terukur,” tegas Kapolda.

Menanggapi peristiwa ini, Kapolda Sumut menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

“Polri tidak akan tinggal diam. Kami akan terus melakukan tindakan tegas terhadap segala bentuk kejahatan, terutama yang melibatkan geng motor dan narkoba,” tutur Whisnu.

Kapolda juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak ragu melaporkan segala bentuk gangguan Kamtibmas kepada pihak kepolisian.

“Kami berharap dengan kerja sama yang baik antara Polri dan masyarakat, kita dapat menciptakan situasi yang aman dan nyaman di Sumatera Utara,” jelas Whisnu.

Sebelumnya, Kapolrestabes Medan, Kombes Pol. Gidion Arif Setyawan, membantah bahwa pelaku ini adalah geng motor. Mereka adalah orang suruhan dengan janji upah Rp 3 juta untuk masing-masing pelaku. Sayangnya, salah satu pelaku merupakan anak di bawah umur.

Pihak kepolisian sedang mencari otak intelektual di balik serangan terhadap warga ini. Karena, peristiwa berdarah tersebut diduga akibat konflik agraria di lokasi kejadian.

“Terhadap aktor intelektual, dalam peristiwa bentrokan yang terjadi, personel Sat Reskrim Polrestabes, bersama jajaran, sedang melakukan pengejaran,” ucap Gidion.

Mantan Kapolres Metro Jakarta Utara tersebut mengatakan bahwa situasi setelah bentrokan sudah kembali kondusif. Namun demikian, Polrestabes Medan dan Polda Sumut tetap mengirimkan personel ke lokasi kejadian untuk mengantisipasi terjadinya kerusuhan yang bisa mengganggu aktivitas warga.

“Peristiwa ini terjadi karena masalah lahan. Ke depan, persoalan konflik lahan atau agraria ini sebaiknya diselesaikan secara legal formal. Jika masalah ini belum terselesaikan, diingatkan kepada semua untuk tidak melakukan kekerasan karena akan menimbulkan masalah baru,” jelas Gidion.

Halaman Selanjutnya

Geng Motor Neleng Jadi Pelaku Utama

Halaman Selanjutnya

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru