Sunday, September 21, 2025

LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

Share

- Advertisement -

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya bersahabat. Dia memiliki mata tajam dan sikap yang sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh kepercayaan diri karena berhasil mengusir para penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengan beliau, saya terkesan bahwa beliau mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Beliau rajin beribadah dan sering ke mesjid. Beliau adalah orang pertama yang aktif dalam mengekang perilaku liar di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Panglima KOPASSANDHA saat itu, Brigjen Yogie Suardi Memet.

Meskipun postur tubuhnya tidak terlalu tinggi, penampilan fisiknya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat, dan seragam yang pas. Tidak ada satupun sentimeter lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan biceps dan triceps besar. Dia tegas namun penuh kasih sayang.

Dia merupakan contoh khas dari generasi ’45, penuh kepercayaan diri setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat, tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa beliau mengingatkan, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Beliau sangat taat beragama dan sering ke mesjid. Beliaulah yang mulai memberantas ‘keburukan’ di Korps Baret Merah.

Pada masa itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘ekspetasi’ bahwa prajurit yang cakap dalam pertempuran juga harus cakap dalam minum alkohol dan hebat dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Menariknya, jika beliau menggunakan mobil dinas, beliau tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, meskipun tempat duduk di depan kosong. Saat itu, mobil dinas Panglima KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser atap kanvas. Menurutnya, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang menentukan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Pasukannya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Panglima Daerah Militer XIV/Hasanuddin.

Beliau bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pendidikan perwira tentara yang disebut P3AD di Bandung. Inilah tempat beliau lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD lain yang terkenal termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru