Penguin di Phillip Island, Australia, ternyata tidak hanya dikenal sebagai simbol cinta abadi, tetapi juga terlibat dalam drama percintaan yang kompleks. Sebuah studi yang dilakukan selama 13 tahun oleh Monash University di Australia menemukan bahwa “perceraian” adalah hal yang lumrah terjadi di koloni penguin kecil terbesar di dunia yang berada di Phillip Island. Tingkat perceraian pinguin ini fluktuatif setiap tahunnya, dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan keberhasilan dalam berkembang biak.
Peneliti yang memimpin studi tersebut, Dr. Richard Reina, menjelaskan bahwa meskipun dalam kondisi baik sebagian besar pinguin tetap bersama pasangannya, namun terkadang terjadi perselingkuhan. Alasan utama perceraian pada penguin kecil antara lain adalah kegagalan reproduksi dan mencari pasangan dengan kualitas genetik yang lebih baik.
Meskipun perceraian dapat memberikan keuntungan bagi pinguin secara individu, ternyata hal ini juga memiliki dampak negatif pada koloni secara keseluruhan. Perceraian menyebabkan penundaan dalam musim kawin, mengurangi waktu untuk membesarkan anak, dan meningkatkan persaingan dan konflik antar penguin.
Menariknya, tingkat perceraian yang tinggi pada penguin kecil tidak terjadi pada semua spesies penguin. Ada spesies seperti penguin Gentoo, penguin bermata kuning, dan penguin Magellan yang menunjukkan tingkat kesetiaan pasangan yang tinggi. Studi tentang perceraian pada penguin kecil memberikan wawasan tentang interaksi kompleks antara dinamika sosial dan faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi tingkat perceraian dalam koloni.