Wednesday, January 22, 2025

Data BAIS diretas, Kapuspen: Server nonaktif untuk penyelidikan

Share

Jakarta (ANTARA) – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar mengatakan bahwa server Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI telah dinonaktifkan sementara waktu untuk kepentingan penyelidikan setelah aksi peretasan terhadap data BAIS oleh peretas MoonzHaxor. Nugraha saat dihubungi di Jakarta, Rabu, juga memastikan bahwa data yang diretas merupakan informasi lama yang dirilis pada tahun 2024. “Data yang diretas adalah data lama dan dirilis pada tahun 2024. Saat ini server sudah dinonaktifkan untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut,” kata Kapuspen TNI.

Di media sosial, akun @FalconFeeds.io yang rutin memantau aktivitas siber, termasuk dari situs gelap (dark web), pada hari Senin (24/6) mengumumkan aksi peretasan oleh peretas MoonzHaxor terhadap sistem BAIS sehingga mereka mengklaim telah menguasai sejumlah data milik BAIS TNI. Peretas dalam forum jual beli data gelap di dark web BreachForum juga menyediakan contoh data yang mereka kuasai, dan menawarkan data lengkap kepada mereka yang ingin membayar. Harga yang ditawarkan MoonzHaxor di forum itu sebesar 1.000 dolar AS untuk database 2.000 pengguna berukuran 773 kilobita (kb), dan 7.000 dolar AS untuk data rahasia berukuran 33,7 gigabita.

Dalam unggahan yang sama, MoonzHaxor juga menawarkan sejumlah data yang dia retas dari database BAIS, yaitu dokumen-dokumen rahasia pada tahun 2020–2022. Peretas yang sama juga mengumumkan bahwa dia berhasil meretas sistem Indonesia Automatic Finger Identification System (INAFIS) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Data-data yang diklaim diretas mencakup gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi. Data-data tersebut dijual oleh MoonzHaxor seharga 1.000 dolar AS.

Meskipun demikian, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Purn. Hinsa Siburian saat jumpa pers di Jakarta, Senin, menjelaskan bahwa data yang diklaim diretas oleh MoonzHaxor adalah data lama. “Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web,” kata Hinsa. Hinsa menegaskan bahwa sistem Polri saat ini tidak mengalami gangguan dan tetap berjalan dengan baik.

Dalam kesempatan yang sama, Hinsa juga memastikan bahwa dugaan peretasan data INAFIS tidak terkait dengan insiden serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru