Sunday, December 8, 2024

Bung Karno dan KeCap Nomor Satu di Seluruh Dunia

Share

Artikel ini akan ditulis dalam bahasa Indonesia.

Malaysia tidak memiliki sejarah kecap manis dan hanya meniru Indonesia dalam pembuatan Kecap Nomor Satu di Dunia. Kurang dari tiga tahun yang lalu, di Frankfurt Book Fair, Jerman, pameran buku terbesar di dunia, almarhum Bondan ‘Maknyus’ Winarno mempresentasikan buku hasil karyanya, Kecap Manis : Indonesia’s National Condiment. Melalui buku yang eksklusif, setebal 300 halaman, dan diterbitkan oleh Afterhours Book ini, Bondan ‘memproklamasikan’ bahwa kecap manis merupakan warisan kuliner asli Indonesia. Buku Bondan dijual dengan harga Rp 990 ribu. Namun, buku yang membahas kecap, terutama kecap manis, memang sangat langka. “Ini buku luar biasa,” kata Lutfi Ubaidillah, seorang pengusaha swasta asal Bandung. Lutfi bukan hanya sekadar penggemar kecap, terutama kecap manis. “Saya selalu membawa kecap sachet ke mana-mana. Di kantor, saya selalu memiliki kecap botol plastik,” ujarnya.

Lutfi mengaku bahwa sejak kecil di Bandung, kecap manis selalu menjadi menu wajib di meja makan rumahnya. Dia adalah seorang penggemar yang sangat serius terhadap kecap. Selain hanya mengonsumsi kecap, dia juga mengoleksi botol kecap dari berbagai daerah di Indonesia dan menjalankan blog khusus Kecap Nomor Satu di Dunia, Wikecapedia. Semasa hidupnya, Bondan, seorang mantan wartawan yang hobi kuliner, juga pernah mengoleksi kecap-kecap nusantara. Koleksinya termasuk lebih dari seratus merek, seperti Kecap Blitar, kecap Zebra dari Bogor, Sawi dari Kediri, Bentoel dari Banyuwangi, Kambing Dua dari Singkawang, kecap Buah Kelapa dari Sumenep, dan Roda Mas dari Banjarmasin.

Meskipun tidak banyak orang yang sekaligus menjadi penggemar kecap dan kolektor botol kecap seperti Bondan dan Lutfi, namun penggemar kecap di seluruh Indonesia tentu sangat banyak. Tidak heran jika terdapat ratusan perusahaan kecap yang tersebar dari berbagai daerah di Indonesia, dari Medan, Bangka, Garut, hingga Banyuwangi. Bahkan beberapa merek kecap telah bertahan hingga beberapa generasi.

Salah satu industri kecap turun temurun adalah kecap Maja Menjangan di Majalengka, Jawa Barat. Didirikan oleh Saad Wangsawidjaja pada tahun 1940, usaha kecap Maja Menjangan kini telah diwariskan kepada generasi kedua. Meskipun mengalami kesulitan, pemilik Maja Menjangan termasuk Suhardi yang saat ini mengelola usaha tersebut, tidak akan menyerah meskipun perusahaan besar menawarkan kerjasama dan suntikan modal besar. Mereka memilih untuk tetap mempertahankan usaha warisan tersebut.

Pada pertengahan 1960-an, Presiden Sukarno pernah menyebut bahwa kecap dari Blitar adalah kecap paling enak di dunia. Walau lahir di Surabaya, Bung Karno dibesarkan di Blitar, Jawa Timur. Merek kecap tersebut juga disukai oleh putrinya, Megawati. Di Blitar sendiri, terdapat beberapa merek kecap seperti Cap Bajang, Cemara, dan Cap Durian Emas.

Kecap, meskipun bukan resep asli Indonesia, telah menjadi bahan makanan yang sangat akrab dengan lidah masyarakat Indonesia. Kecap telah diadaptasi dengan beragam cara di setiap daerah dan pabrik yang memproduksinya. Meskipun ada perusahaan kecap di Malaysia, seperti Cap Jalen dan Adabi, namun kecap manis mereka dianggap kurang kental dan hitam. Bondan menduga bahwa perusahaan-perusahaan di Malaysia hanya meniru kecap manis dari Indonesia.

Sejarah kecap manis di Indonesia memang belum terlalu jelas, namun kecap manis telah menjadi produk khas Indonesia. Ada beberapa pabrik kecap tua di Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, seperti Kecap Benteng Cap Istana dari Kota Tangerang dan Kecap Cap Orang Jual Sate dari Probolinggo, Jawa Timur, yang didirikan pada tahun 1880-an. Namun belum diketahui apakah kedua pabrik tersebut telah memproduksi kecap manis sejak awal beroperasi.

Kecap, meskipun memiliki asal usul dari Tiongkok, telah menjadi bagian penting dari budaya kuliner Indonesia. Kecap asin dari Tiongkok dan Jepang berubah menjadi kecap manis yang kental di Indonesia. Keberadaan kecap manis di Nusantara terus berkembang, memperlihatkan cinta dan kesungguhan masyarakat Indonesia terhadap warisan kuliner ini.

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru