Saturday, December 7, 2024

National Strategic Challenge: Navigating the Limited Time of the Demographic Dividend

Share

Oleh: Prabowo Subianto [cuplikan dari “Transformasi Strategis Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045”, hal. 53-54, edisi ke-4]

Di samping tantangan strategis global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan ekspansi cepat kecerdasan buatan, Indonesia dihadapkan dengan beberapa isu nasional yang mendesak.

Salah satu tantangan signifikan adalah penutupan jendela bonus demografi kita yang akan segera terjadi. Kekayaan negara kita terus mengalir ke luar negeri, mengakibatkan aliran keluar kekayaan nasional yang konsisten. Selain itu, ekonomi kita ditandai oleh ketimpangan dan kurang seragam. Demokrasi kita juga terganggu oleh pengaruh keuangan yang berlebihan dalam politik.

Kemampuan kita untuk berkembang menjadi negara maju dan sejahtera sangat tergantung pada kemampuan kita untuk mengelola dan mengatasi tantangan strategis global maupun domestik ini.

Jendela Mengecilnya Bonus Demografi

Populasi kita adalah aset kita, terutama dengan usia median saat ini 29 tahun, yang menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia berada dalam usia produktif, ideal untuk belajar dan bekerja secara efisien.

Namun, indikator usia median ini dari masyarakat muda dan produktif tidak akan bertahan selamanya. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang melambat, proporsi penduduk muda Indonesia akan turun. Menurut proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sekitar tahun 2035—hanya 13 tahun dari sekarang—usia median akan naik.

Secara historis, sulit bagi negara-negara untuk mencapai kemakmuran dan keberhasilan ketika penduduk mereka menuju masa produktif. Saat ini berada sebagai negara berpendapatan menengah, tujuan kita adalah meningkat menjadi negara berpendapatan tinggi.

Untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi ini, pendapatan per kapita kita harus naik menjadi $14.000, atau sekitar IDR 210 juta per tahun, yang berarti pendapatan bulanan sekitar IDR 17,5 juta untuk setiap penduduk.

Kita hanya memiliki 13 tahun untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah dan menghindari nasib menjadi negara tua sebelum menjadi kaya, seperti yang terjadi di Thailand. Thailand telah menjadi masyarakat tua tanpa terlebih dahulu mencapai kemakmuran. Kita harus menghindari hal ini dengan memastikan pertumbuhan ekonomi yang cepat sehingga kita dapat menjadi sejahtera sebelum profil demografis kita menua secara signifikan.

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru