Perangkat Mixed Reality seperti Apple Vision Pro sedang booming di dunia. (Foto: Apple)
Para ilmuwan telah mengingatkan bahaya penggunaan headset Mixed Reality seperti Apple Vision Pro. Perangkat canggih yang menggabungkan dunia digital dan nyata ini tidak hanya memberikan beragam fasilitas kepada penggunanya, tetapi juga menyimpan dampak merugikan jika tidak digunakan secara bijak.
Belakangan ini, perangkat Mixed Reality seperti Apple Vision Pro memang sedang booming di dunia. Meskipun belum masuk Indonesia, perangkat ini sudah menjadi perbincangan luas. Bahkan di marketplace, kisaran harganya sudah beredar. Di Amerika, Apple Vision Pro dibanderol USD3499 atau sekitar Rp50 jutaan. Kecanggihan Vision Pro diharapkan akan mengubah cara orang beraktivitas dalam keseharian, hal ini pun diamini oleh sang produsen.
Apple menyebut Vision Pro akan menggantikan perangkat lain seperti iPhone, Mac, dan iPad. Situs webnya mempromosikan penggunaan Vision Pro untuk melakukan tugas sehari-hari seperti menjelajahi web menggunakan monitor virtual, membuat daftar tugas di catatan, chatting di pesan, menonton video, bermain game, video chatting, dan lain sebagainya.
Dilansir dari Notebookcheck, Selasa (27/2/2024), para peneliti mengingatkan bahaya perangkat Mixed Reality jika digunakan secara berlebihan. Bahaya tersebut mulai dari perubahan pola pikir dan cara berinteraksi, potensi gangguan penglihatan, hingga gangguan nyeri leher dan kelelahan.
Bahaya Apple Vision Pro:
1. Perubahan pola pikir dan cara berinteraksi
Menurut para peneliti, penggunaan berlebih perangkat ini bisa memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia. Penggunaan perangkat seperti Vision Pro secara rutin setiap hari dalam jangka waktu lama, dapat mempengaruhi pola pikir dan cara berinteraksi dengan orang lain. Sebuah studi pada tahun 2019, misalnya, mengungkap pemakai headset merasa terisolasi secara sosial dari orang lain.
Apple telah mencoba mengatasi masalah isolasi sosial Vision Pro dengan menggabungkan fitur EyeSight, yang mengintegrasikan layar ke bagian depan headset yang memproyeksikan mata pemakai kepada pengamat luar. Namun, dalam praktiknya, fitur ini terlihat jauh dari gambaran Apple dengan mata pemakai terlihat sangat berpixel dan tidak sealami yang dibayangkan. Tentu saja, hal ini membatasi efektivitasnya dalam mengatasi kerugian yang jelas dari mengenakan headset dan memasuki lingkungan virtual yang berbeda, nyata atau sepenuhnya imersif.
2. Gangguan penglihatan
Dampak negatif lain dari mengenakan headset yang sudah dikenal sebelum Vision Pro muncul juga dilaporkan oleh pengguna Vision Pro. Ini termasuk fakta bahwa meskipun Vision Pro memiliki resolusi gabungan 23 juta pixel, namun masih kalah jauh dibandingkan mata manusia yang dapat melihat 567 juta pixel per mata. Hal ini dapat berpotensi menimbulkan dampak pada fungsi mata pengguna dalam dunia nyata, termasuk koordinasi motorik dan interaksi dengan objek dunia nyata karena ini secara substansial diubah ketika mengenakan headset. Keluhan umum di antara pemakai Vision Pro sampai saat ini adalah ketegangan mata.
3. Kelelahan
Perangkat Vision Pro juga berat, menyebabkan keluhan tentang nyeri leher dan kelelahan. Bidang pandang yang sempit dan efek distorsi saat menggunakan passthrough dapat menyebabkan mual bahkan setelah penggunaan kurang dari satu jam, yang menurut para peneliti dapat berdampak negatif pada produktivitas dan kesehatan.
Sudah banyak penelitian yang menyoroti dampak negatif penggunaan smartphone yang hanya muncul seiring waktu. Oleh karena itu, salah satu tim peneliti yang berbicara kepada Scientific American merekomendasikan “kehati-hatian dan menahan diri” dari penggunaan headset setiap hari sampai penelitian lebih lanjut dilakukan.