Sunday, September 21, 2025

Pejuang Nasional Thomas Matulessy – prabowo2024.net

Share

- Advertisement -

Pada sejarah bangsa kita, seringkali kita menemui tokoh-tokoh yang memiliki sikap tanpa kompromi terhadap penjajah. Mereka dengan berani menyatakan kepada penjajah, “lebih baik hancur daripada dijajah kembali.” Dibutuhkan keberanian, keyakinan, dan jiwa prajurit pendekar yang rela berkorban jiwa dan raga untuk menyatakan hal ini kepada penindas.

Sebelum Gubernur Suryo dan Bung Tomo menyatakan sikap semacam ini kepada Belanda pada tahun 1949, Pattimura, pada usia 31 tahun, juga menyatakan hal yang sama.

Pattimura lahir pada tahun 1783 di Saparua, Maluku. Pattimura, yang memiliki nama asli Thomas Matulessy, adalah anak keturunan bangsawan dari Raja Sahulau, kerajaan yang berada di Teluk Seram Selatan.

Sebelum memimpin pergerakan rakyat, Pattimura berpangkat sersan di militer Inggris. Pada tahun 1816, Inggris menyerah kepada Belanda. Belanda kemudian masuk ke tanah Maluku untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.

Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura.

Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura merencanakan strategi perang bersama para pembantunya. Dalam perjuangan menentang Belanda, ia juga menjalin persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi, dan Jawa.

Pada 16 Mei 1817, pertempuran besar terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede. Seluruh pasukan Belanda di dalam benteng tersebut tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Pasukan Belanda yang dikirim untuk merebut kembali benteng itu juga dihancurkan oleh pasukan Kapitan Pattimura. Sehingga, selama tiga bulan, benteng tersebut dikuasai oleh pasukan Kapitan Pattimura.

Namun, Belanda tidak menyerah begitu saja. Mereka kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dan dilengkapi persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpaksa mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Meskipun beberapa kali dia dibujuk untuk bekerja sama dengan pemerintah Belanda, dia selalu menolak. Akhirnya, Pattimura ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada usia 31 tahun.

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru