PVMBG Nilai Perlu Adanya Lembaga Khusus untuk Penanganan Bangunan Tahan Gempa dan Longsor
Siswa-siswa di SDN Cugenang, Cijedil, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, hari Selasa (21/11/2023) mengikuti kegiatan belajar di tenda sekolah darurat. Ada sebanyak 120 siswa yang masih melanjutkan kegiatan belajar mengajar di tenda sekolah darurat setelah satu tahun gempa mengguncang Kabupaten Cianjur.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hendra Gunawan, penting adanya institusi atau lembaga khusus untuk menangani bangunan yang bisa mengantisipasi gempa atau longsor. Daerah Jawa Barat memiliki potensi yang cukup besar untuk terjadinya gempa dan longsor. Bangunan dengan model tradisional yang menggunakan kayu, seperti yang digunakan oleh masyarakat Sunda zaman dahulu, relatif lebih tahan terhadap gempa dan lebih mudah diperbaiki.
Hendra juga menyebutkan bahwa ke depannya diperlukan pusat lain yang menangani masalah geoteknik dalam perencanaan bangunan di daerah gempa atau longsor, bukan hanya pusat vulkanologi. Sejak awal 2023, terjadi 447 pergerakan tanah di Jawa Barat, termasuk longsor, yang menyebabkan 105 orang meninggal dunia. Terdapat tiga daerah yang rentan, yaitu Sukabumi, Sumedang, dan Majalengka, yang disebabkan oleh creeping atau gerakan tanah yang lambat dan tidak terdeteksi.
Berdasarkan data PVMBG, dari 447 kejadian pergerakan tanah, selain menyebabkan 105 orang meninggal dunia, juga mengakibatkan 35 orang luka-luka, 528 rumah rusak, 81 rumah hancur, 167 rumah dalam kondisi terancam, serta 178 infrastruktur terdampak dan 2.288 jalan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, lembaga khusus untuk menangani bangunan tahan gempa dan longsor sangat diperlukan untuk mengurangi dampak buruk dari bencana alam tersebut.