Sunday, September 21, 2025

VICE ADMIRAL TNI POSTHUMOUS YOSAPHAT SUDARSO (YOS SUDARSO)

Share

- Advertisement -

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Tentara Nasional Indonesia]

Yos Sudarso bermimpi untuk menjadi seorang prajurit sejak kecil, meskipun orangtuanya lebih menginginkannya menjadi seorang guru. Yos Sudarso kemudian mewujudkan mimpinya setelah pemerintah Jepang membutuhkan personel militer tambahan untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya.

Ia kemudian menghadiri Akademi Angkatan Laut di Semarang dan mengikuti pendidikan militer dengan Angkatan Laut Jepang, dari mana ia lulus sebagai salah satu mahasiswa terbaik. Ia kemudian bertugas di salah satu kapal militer Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat di sektor maritim (BKR Laut), yang kemudian menjadi bagian dari Angkatan Laut Indonesia.

Dalam perjalanan karirnya, Yos Sudarso mengabdi dalam berbagai operasi militer untuk memberantas pemberontakan yang terjadi di wilayah Republik Indonesia. Ia memimpin beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) seperti KRI Rajawali, KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Pattimura, dan KRI Macan Tutul. Pada tahun 1958, ia juga bertugas sebagai hakim di pengadilan militer selama empat bulan.

Pada akhir tahun 1961, Presiden Sukarno memerintahkan Tri Komando Rakyat (TRIKORA), yang mencakup sebuah operasi di Laut Aru dekat Maluku untuk mendukung misi pembebasan Papua Barat dari Belanda. Saat itu, Yos Sudarso menjabat sebagai Deputi Kepala Operasi Angkatan Laut (KSAL). Ada tiga KRI yang terlibat dalam operasi rahasia di perairan Maluku, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Yos Sudarso memimpin KRI Macan Tutul.

Tiga kapal perang besar dengan persenjataan lengkap milik armada perang Belanda merasakan gerakan Yos Sudarso dan tiga unit KRI yang beroperasi di Laut Aru. Yos Sudarso memerintahkan ketiga KRI untuk sementara mundur, namun Belanda menganggapnya sebagai manuver untuk menyerang dan kemudian membuka tembakan.

Mesin KRI Macan Tutul yang dipimpin oleh Yos Sudarso tiba-tiba rusak di tengah upaya penyelamatan. Pikiran cepatnya menentukan bahwa Yos Sudarso tidak dapat menyelamatkan kapalnya, tetapi ia bisa menyelamatkan dua kapal lainnya. KRI Macan Tutul yang dipimpinnya kemudian menempatkan dirinya di antara kapal perang Belanda sebagai perisai agar dua KRI lainnya bisa menyelamatkan diri. Tembakan kedua kapal Belanda mengenai KRI Macan Tutul, menimbulkan kebakaran, dan perlahan tenggelam.

Yos Sudarso meninggal bersama 24 orang lainnya dalam misi dengan KRI Macan Tutul dalam Pertempuran Laut Aru. Ia mengorbankan nyawanya dalam tugas untuk kepentingan negara pada usia muda 36 tahun.

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru