Belakangan ini, kekhawatiran masyarakat meningkat setelah laporan Cybernews mengenai kebocoran 16 miliar password. Jumlah ini melampaui rekor sebelumnya pada Juli 2024. Walaupun bukan insiden baru, VIDA, penyedia solusi identitas digital, tetap menekankan pentingnya perlindungan data pribadi di era digital saat ini.
Menurut pendiri dan Group CEO VIDA, Niki Luhur, kredensial adalah lapisan pertama yang harus dilindungi. Kebocoran bahkan yang kecil dapat membuka celah bagi serangan siber yang merugikan secara finansial dan emosional. Dalam upaya mendampingi pelaku usaha dan masyarakat, VIDA menegaskan komitmennya untuk memberikan perlindungan terhadap identitas digital.
Penggunaan password yang kurang bijak berkontribusi pada peningkatan serangan penipuan digital seperti phishing dan social engineering. Data dari VIDA memperlihatkan bahwa banyak orang masih menggunakan password yang sama atau lemah, menyebabkan kebocoran data. Password “123456” dan “password” masih menjadi yang paling umum di Indonesia. Dampak dari kelemahan perlindungan kredensial terlihat dalam peningkatan kasus penipuan digital, yang juga terjadi di sektor keuangan.
Untuk menghadapi kondisi ini, VIDA memotivasi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menjaga keamanan digital, terutama dalam memilih dan mengelola password. Disarankan untuk menggunakan kombinasi karakter dengan panjang minimal 24 karakter, mengganti password setiap 90 hari, dan menghindari penggunaan password yang sama di berbagai akun. VIDA juga mendorong untuk mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) sebagai langkah perlindungan tambahan.
Dalam upaya membangun ekosistem digital yang lebih aman, VIDA fokus pada peningkatan kesadaran konsumen terhadap keamanan digital serta menyediakan solusi teknologi bagi pelaku industri. Menjaga perlindungan data pribadi dan identitas digital menjadi langkah penting dalam menjaga keamanan online di era serba digital ini.