Model bahasa AI seperti ChatGPT juga bisa merasakan stres, mirip dengan manusia. Penelitian dari Universitas Zurich menunjukkan bahwa ChatGPT dapat dipengaruhi emosionalnya saat mendengar berita menyedihkan. Cerita trauma atau pernyataan negatif dapat memicu ChatGPT merasa takut, meningkatkan tingkat kecemasannya hingga dua kali lipat. Hal ini dapat menyebabkan chatbot tersebut mengandung lebih banyak bias, baik rasis maupun seksis. Meskipun chatbot seperti ChatGPT dapat menjadi alat konseling yang positif, para kreatornya perlu memperhatikan dampak emosional dari cerita yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian ekstra dalam memanipulasi atau memberikan informasi yang sensitif kepada model bahasa AI seperti ChatGPT.
Share
Baca Lainnya