Jakarta, VIVA – Seorang karyawan perempuan berinisial CS (27) yang bekerja di perusahaan game dan animasi di kawasan Jakarta Pusat mengungkapkan pengalaman pahitnya sebagai korban kekerasan dari atasannya, C (43).
Dalam wawancara yang dilakukan di Jakarta Selatan pada Kamis 12 September 2024, CS mengisahkan penderitaannya yang telah berlangsung selama dua tahun, mencakup kekerasan fisik, verbal, psikologis, dan bahkan pelecehan seksual.
“Saya mengalami banyak bentuk kekerasan, mulai dari fisik, verbal, hingga kekerasan psikologis, dan sebenarnya ada unsur pelecehan seksual juga,” ungkap CS dalam wawancaranya.
CS mengaku bahwa kekerasan yang dialaminya dimulai sejak tahun 2022, namun puncaknya terjadi pada tahun 2024, ketika C mulai melakukan kekerasan fisik secara langsung. Menurut pengakuan CS, di tahun-tahun awal, C memaksa CS untuk menyakiti dirinya sendiri alih-alih melakukan kekerasan secara langsung.
“Di tahun-tahun awal, dia tidak memukul saya secara langsung. Dia lebih sering menyuruh saya menampar diri saya sendiri sekeras mungkin. Itu bisa terjadi hingga 100 kali setiap kali saya melakukan kesalahan,” kata CS dengan suara bergetar. Lebih lanjut, CS menjelaskan bahwa jika dia merasa tidak cukup keras dalam menyakiti dirinya sendiri, C akan memaksanya untuk mengulangi tindakan tersebut.
Jika sebelumnya kekerasan dilakukan secara diam-diam di dalam kamar, tahun 2024 menjadi titik balik yang suram bagi CS, karena C mulai melakukan kekerasan secara terbuka. C bahkan meminta CS untuk menyakiti dirinya sendiri di hadapan umum. Selain menampar dirinya sendiri, CS juga dipaksa menjalani hukuman fisik yang berat lainnya.
Pada Mei 2024, CS mengalami kekerasan yang paling parah saat C memaksanya untuk membenturkan kepalanya sendiri ke tembok di lantai tiga kantor. Akibat tindakan tersebut, CS mengalami luka serius dengan benjolan besar di dahinya dan penglihatannya menjadi kabur. Meski begitu, dia berusaha menyembunyikan luka tersebut dengan menutupinya menggunakan poni agar tidak ada yang tahu.
CS menceritakan pengalaman mengerikan ini dengan harapan dapat membuka mata banyak orang tentang bahaya kekerasan di tempat kerja, yang seringkali tersembunyi dan sulit dibuktikan. Dia juga berharap agar kasus ini menjadi peringatan bagi para korban lain untuk berani bersuara dan mencari bantuan.
Kekerasan yang dialami CS menunjukkan betapa pentingnya peran perlindungan bagi karyawan di lingkungan kerja yang seringkali diabaikan oleh pihak perusahaan. Dalam hal ini, CS berharap ada perubahan sistematis dalam cara perusahaan menangani laporan kekerasan di tempat kerja, serta peningkatan kesadaran publik tentang pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari kekerasan.
Polisi turun tangan untuk menyelidiki dugaan kekerasan dan eksploitasi yang dilakukan perusahaan animasi terhadap karyawan tersebut. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Susatyo menyebut pihaknya sudah menyelidiki, namun belum ada laporan dari pihak korban. Sementara Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Firdaus menegaskan bahwa proses penyelidikan masih berlanjut dan pihaknya sedang mencari keberadaan bos perusahaan dan karyawan korban.
Aksi kekerasan terhadap karyawan ini pun viral di media sosial, dengan korban mengalami kekerasan fisik dan verbal dari pemilik perusahaan. Dia juga disebut telah menjalani hukuman fisik yang berat. Meski begitu, perusahaan tempat korban bekerja dikatakan sudah tutup, namun mantan bos korban kini membuka perusahaan baru.