Sunday, January 19, 2025

Ngeri! Bakteri “Pemakan Daging” Merebak di Jepang, Sudah Sampai Indonesia? – Sehat Negeriku

Share

Jakarta, 26 Juni 2024

Jepang sedang mengalami wabah infeksi sindrom syok toksik streptokokus (STSS), yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes kelompok A. Kasus STSS di Jepang telah melampaui 1.000 dan menjadi perhatian global.

Bakteri ini dikenal sebagai “pemakan daging” karena dapat merusak kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Penularan STSS terjadi melalui pernapasan dan droplet (percikan ludah atau lendir) dari penderita.

“Sampai saat ini belum ada laporan kasus bakteri ‘pemakan daging’ di Indonesia,” ungkap Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi.

Meskipun demikian, pihak berwenang terus memantau situasi melalui surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dan pemeriksaan genomik.

Kasus STSS yang dilaporkan di Jepang biasanya terjadi di rumah sakit dan disebabkan oleh bakteri streptokokus yang umumnya menimbulkan gejala faringitis atau peradangan tenggorokan.

Infeksi STSS dapat berujung fatal karena dapat menyebabkan sepsis dan kegagalan multiorgan. Namun, penyebab pastinya masih belum diketahui karena gejala STSS sering ringan dan dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat.

Jepang telah melaporkan kasus infeksi streptokokus dalam sistem notifikasi surveilans sejak 1999. Pada 2023, terdapat 941 kasus, dan angka ini meningkat menjadi 977 kasus pada Juni 2024.

Meskipun penyebaran STSS mengkhawatirkan, angka kasusnya jauh lebih rendah dibandingkan COVID-19. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga pola hidup sehat, menggunakan masker saat sakit, dan rutin mencuci tangan.

“Yang terpenting saat ini adalah mengikuti kebiasaan baik yang telah terbentuk selama pandemi COVID-19 seperti cuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker, untuk mengurangi penularan droplet melalui pernapasan,” kata dr. Nadia.

Saat ini, belum ada pembatasan perjalanan dari dan ke Jepang terkait STSS.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai peningkatan kasus penyakit iGAS atau invasive Group A Streptococcal, termasuk STSS, di Eropa pada Desember 2022, belum ada rekomendasi pembatasan perjalanan ke negara yang terdampak.

Pengobatan STSS dilakukan dengan pemberian antibiotik. Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri “pemakan daging” ini.

Informasi ini disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, dan alamat email [email protected].

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru