Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia harus meningkatkan ekonomi syariah agar menjadi nomor satu di dunia. Berdasarkan laporan State of The Global Islamic Economy (SGIE) 2023, ekonomi syariah Indonesia berada di peringkat ketiga, di bawah Arab Saudi dan Malaysia. Airlangga mengatakan bahwa hal ini tidak masuk akal karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan kedua negara tersebut.
Hingga saat ini, ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia telah berkembang, terutama dalam bidang investasi keuangan syariah, makanan halal, modest fashion, farmasi, kosmetik, dan wisata ramah Muslim. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, masih memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, dengan adanya sekitar 4,8 juta santri dan 39,6 ribu pondok pesantren di Indonesia.
Airlangga juga menekankan pentingnya pesantren dalam pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat, mengingat sebagian besar pesantren memiliki potensi ekonomi di berbagai bidang seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan usaha mikro kecil. Selain itu, dia juga mendorong keuangan inklusif untuk mencapai target inklusi keuangan 90 persen, dengan kerja sama antara pesantren, pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri jasa keuangan, organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020 guna memperluas akses keuangan kepada masyarakat dengan memperkuat koordinasi antar lembaga terkait. Airlangga optimis bahwa dengan kerja sama yang baik, ekonomi syariah Indonesia bisa menjadi yang terbaik di dunia.