Jakarta, 17 Mei 2024
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyebab kematian utama di dunia, dengan 90-95% kasus didominasi oleh hipertensi esensial. Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan studi kohor penyakit tidak menular (PTM) 2011-2021, hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi penyebab kematian keempat dengan persentase 10,2%.
Data SKI 2023 menunjukkan bahwa 59,1% disabilitas (melihat, mendengar, berjalan) pada penduduk berusia 15 tahun ke atas disebabkan oleh penyakit yang didapat, di mana 53,5% dari penyakit tersebut adalah PTM, terutama hipertensi (22,2%).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Dr. Eva Susanti, dalam konferensi pers di Hotel Mercure Jakarta Selatan, menyatakan bahwa perilaku masyarakat yang dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi adalah merokok, kurang aktivitas fisik, kurang makan sayur dan buah, serta mengonsumsi makanan asin.
“Proporsi penderita hipertensi usia 18-59 tahun yang kurang melakukan aktivitas fisik 1,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi yang cukup aktivitas fisik,” kata Direktur P2PTM Dr. Eva Susanti.
Dr. Eva melanjutkan, proporsi penderita hipertensi usia 18-59 tahun dengan obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di perut, 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas sentral. Sementara itu, proporsi penderita hipertensi usia di atas 60 tahun dengan obesitas sentral sama dengan penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas sentral.
Dr. Eva menyampaikan bahwa hipertensi dapat dikendalikan dengan gaya hidup sehat menggunakan pendekatan ‘PATUH’, yaitu Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan obat yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik secara aman, Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya.
Presiden Indonesian Society of Hypertension (InaSH, 2019-2021) Dr. Tunggul D. Situmorang, yang juga menjadi narasumber dalam konferensi tersebut, menyatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab hipertensi, antara lain stres, usia, faktor genetik, konsumsi garam, dan obesitas.
Dr. Tunggul juga menyebutkan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, kebutaan, gagal jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi dapat diatur dengan melakukan olahraga secara teratur, menjaga pola makan yang sehat, mengurangi konsumsi garam, mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter, dan menghindari stres.
“Ada banyak pilihan obat, sehingga penting untuk memahami mekanisme kerja obat tersebut, siapa yang bisa menggunakannya, dan cara penggunaannya dengan benar,” kata Dr. Tunggul.
Dr. Tunggul menyarankan agar untuk menurunkan hipertensi dan mencegah penyakit tidak menular lainnya, masyarakat dapat menerapkan perilaku ‘CERDIK’, yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, Kelola stres.
Peran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam pengendalian hipertensi adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang faktor risiko hipertensi, menyosialisasikan gaya hidup sehat, deteksi dini, penyediaan layanan kesehatan berkualitas, termasuk layanan diagnosis, tata laksana, dan pengobatan penyakit hipertensi untuk mengendalikan penyakit.
Kemenkes juga fokus pada pengembangan sumber daya manusia, integrasi sistem, pemberdayaan masyarakat, serta mendukung riset inovatif.
Berita ini disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi hotline Halo Kemenkes 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected].
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid