Sunday, December 8, 2024

Hanya 20% Pengguna Temukan Pasangan Hidup di Aplikasi Kencan Online, Mengapa?

Share

Lebih dari 60 persen remaja menggunakan aplikasi kencan online dengan berbagai tujuan. Foto: Reuters

JAKARTA – Ternyata mencari pasangan melalui aplikasi menjadi hal yang sangat wajar. Buktinya, lebih dari separuh remaja saat ini terbiasa menggunakan aplikasi kencan online. Hal tersebut terungkap dalam survei terbaru dari Populix bertajuk “Indonesian Usage Behavior and Online Security on Dating Apps”. Terungkap bahwa 63% responden adalah pengguna aplikasi kencan online, dengan mayoritasnya didominasi oleh generasi milenial.

Aplikasi online apa yang terbanyak dipakai? Menurut survei tersebut Tinder (38%) ada di posisi pertama, diikuti Tantan (33%) dan Bumble (17%). Aplikasi kencan lain yang digunakan meliputi Omi (13%), Dating.com (12%), Badoo (10%), Taaruf.id (7%), OkCupid (7%) dan Muslima (5%).

Eileen Kamtawijoyo, COO & Co-Founder Populix, menyebut bahwa kehadiran aplikasi kencan online yang semakin menjamur di Indonesia memperlihatkan peran teknologi digital dalam membentuk kebiasaan baru untuk membangun hubungan, bahkan dalam mencari pasangan hidup.

Hanya untuk Bersenang-senang
Sayangnya, Eileen menyebut bahwa mayoritas pengguna aplikasi kencan hanya sebagian kecil yang lanjut sampai jenjang pernikahan. “Data memperlihatkan bahwa aplikasi kencan utamanya tidak digunakan untuk mencari pasangan hidup, melainkan untuk mendapatkan teman chat, penasaran ingin mencoba, dan untuk bersenang-senang,” ujar.

Aplikasi kencan umumnya digunakan di malam hari, setelah masyarakat selesai melakukan aktivitas keseharian mereka. Sebagian besar pengguna menggunakan aplikasi kencan kurang dari setahun belakangan, menunjukkan bahwa aplikasi kencan merupakan fenomena yang masih relatif baru.

Yang unik, sebanyak 37% pengguna menyatakan keraguan mereka akan menemukan pasangan hidup melalui aplikasi kencan online. Di sisi lain, dari total responden yang menggunakan aplikasi kencan online, hanya terdapat 20% pengguna yang berhasil menemukan pasangan hingga memasuki jenjang pernikahan atau hubungan yang serius.

Keraguan dan pandangan masyarakat tentang peran aplikasi kencan online dalam mencari pasangan hidup juga tidak dapat dilepaskan dari pengalaman mereka di aplikasi.

Survei mengungkap 56% responden menyatakan pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan di aplikasi. Beberapa kejadian tidak menyenangkan ini meliputi penipuan profil (71%), penggunaan bahasa yang kasar atau tidak sopan (52%), pelecehan seksual (30%), perselingkuhan (23%), penipuan uang (22%), cyberstalking (21%), dan pencurian identitas atau doxing (21%).

Kejadian-kejadian tersebut mendorong pengguna untuk menjadi lebih berhati-hati dalam berinteraksi di platform. “Mayoritas responden mengatakan akan mengecek profil secara menyeluruh sebelum memulai percakapan yang lebih serius, serta memastikan untuk tidak membagikan informasi pribadi kepada orang yang baru dikenal maupun mencantumkannya pada laman profil,” beber Eileen.

Rela Membayar
Pengalaman tidak menyenangkan disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya pergeseran perilaku yang signifikan pada 55% responden yang bersedia membayar biaya langganan premium aplikasi kencan. Ini dilakukan demi bertemu pengguna aplikasi yang lebih meyakinkan dan serius, serta mendapatkan tambahan fitur yang lebih aman dan canggih. Lebih dari setengah responden rela mengalokasikan anggaran hingga Rp100.000 per bulan untuk berlangganan pada aplikasi kencan online premium.

Source link

Baca Lainnya

Berita Terbaru