Sunday, September 21, 2025

Pengamat: Dulu Golkar Kaya Kader Hebat, Kini Tidak Mampu Mendukung Calon Presiden/Wakil Presiden Sendiri

Share

- Advertisement -

Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai Partai Golkar sebagai salah satu partai senior saat ini terlihat gagal dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan. Menurut Najmuddin, seharusnya Golkar yang masih eksis sebagai partai papan atas lebih mengutamakan kader dari partai sendiri untuk menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden.

“Sudah lama sekali Golkar tidak mengusung kader sendiri sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden. Padahal ini adalah partai besar dan sudah memiliki pengalaman panjang,” kata Najmuddin, kepada Republika.co.id, Sabtu (21/10/2023).

Golkar hari ini mendeklarasikan nama kader PDIP yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming, sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Sebelumnya, Golkar juga sudah memastikan mendukung Prabowo sebagai calon presiden. Diketahui Prabowo adalah ketua umum Partai Gerindra.

Najmuddin mengingat terakhir kali kader Golkar maju dalam Pilpres adalah pada Pemilu 2009 lalu saat mencalonkan Jusuf Kalla sebagai calon presiden. Saat itu, Jusuf Kalla berpasangan dengan Ketua Umum Hanura, Wiranto.

Setelah itu pada Pemilu 2014, Golkar yang diketuai Aburizal Bakrie gagal mengusung kader internal Golkar sebagai calon presiden. Mereka mendukung Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa.

Kemudian pada Pemilu 2019, Golkar masuk ke dalam barisan pengusung Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Jokowi adalah kader PDIP dan Ma’ruf adalah representasi dari ulama dan organisasi massa Nahdlatul Ulama.

Menurut Najmuddin, di Pemilu 2024 ini sudah saatnya Golkar menonjolkan kader-kadernya untuk menjadi calon presiden atau calon wakil presiden. Namun, hal itu ternyata tidak berhasil dilakukan. Calon presiden yang digadang-gadang oleh Golkar sebelumnya, yaitu Ketua Umum Airlangga Hartarto, tidak mampu meningkatkan elektabilitasnya untuk menyaingi Prabowo, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Bahkan untuk menjadi calon wakil presiden, Golkar tidak memiliki daya tarik dibandingkan dengan nama-nama lain yang beredar. “Ini adalah kegagalan dalam kaderisasi Golkar. Padahal selama ini kita tahu Golkar adalah partai kader,” ujar Najmuddin.

Najmuddin mengingatkan pada Pemilu 2004, saat itu Golkar harus mengadakan konvensi internal partai untuk menentukan calon presiden. Hal ini dilakukan karena terlalu banyak kader yang berpotensi maju sebagai calon presiden. Peserta konvensi Golkar 2004 antara lain Akbar Tanjung, Wiranto, Surya Paloh, Prabowo Subianto, dan Tommy Soeharto.

Menurut Najmuddin, nama-nama peserta konvensi Golkar 2004 itu sekarang telah menghiasi panggung politik nasional dalam beberapa dekade terakhir meskipun sudah dengan partai masing-masing.

“Dulu betapa kaya Golkar dengan kader-kader hebat. Sekarang mereka tidak dapat mengusung calon presiden maupun calon wakil presiden,” tambah Najmuddin.

Baca Lainnya

Berita Terbaru